Penderitaan,arti Kehidupan yang sesungguhnya


PRAYOGA FAHLUL HIDAYAT
24317733
AHMAD NASHER
GUNADARMA UNIVERSITY

PENDERITAAN
        arti  menderita dalam Alquran berasal dari bentuk kata kerja dahulu syaqiya dan kata kerja kekinian yasyqa. Bentuk kata bendanya adalah /syaqawah, syaqan, syaqwah, dan syiqwah.
Dalam Ensiklopedia Alquran terungkap seorang alim, Raghib al-Isfahani, mengartikan kata ini sebagai lawan kata sa'adah (kebahagiaan). Seperti halnya kebahagiaan, penderitaan juga bersifat duniawi seperti keburukan atau penderitaan yang terjadi sekarang dan ukhrawi (yang bersifat akhirat), seperti penderitaan yang terjadi nanti.
Alquran  menggunakan istilah syaqiya dalam berbagai perubahan bentuk, seperti dalam surah Hud (11) ayat 106. Allah SWT menjelaskan orang celaka yaitu mereka yang merusak akidahnya. Mereka akan menderita. Mereka yang mengikuti orang-orang sesat maka akan bergelimang dosa. 
Mereka dimasukkan kedalam neraka dan merasakan siksaan dahsyat, hingga merintih, seperti keledai mengembus dan mengisap napasnya disertai rintihan keras. Mereka adalah orang-orang yang tidak mendapatkan rezeki. Dalam pandangan lain, mereka adalah orang yang disiksa. Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya dalam surat yang sama. Allah akan membagi manusia di akhirat menjadi dua kelompok. Pertama adalah mereka yang celaka. Kedua adalah yang bahagia.
Kata yasyqa, terdapat di surah Thaha (20) ayat 2. ”Ma anzalna 'alaikal qurana litasyqa, kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” Ayat ini diturunkan Allah sebagai jawaban kepada orang-orang musyrik yang berkata kepada Rasulullah, tatkala mereka melihat Rasul begitu tekun dan sungguh-sungguh dalam beribadah. "Hai Muhammad, sesungguhnya Alquran ini diturunkan kepadamu hanya untuk menyulitkanmu." Ayat itu membuktikan Alquran tidak untuk menyulitkan orang. Hal sama dijelaskan dalam surah al-A'raf [7] ayat 2. 
Kata litasyqa memiliki beberapa penafsiran. Pertama, artinya bersusah payah dengan begadang atau bangun di tengah malam untuk melaksanakan shalat malam. Kedua, kata litasyqa dalam ayat Alquran digunakan sebagai jawaban bagi orang-orang musyrik ketika mereka berkata kepada Rasulullah bahwa Rasul akan merasa kesulitan dengan diturunkannya Alquran. Ketiga, Allah melarang Muhammad agar tidak menyulitkan dirinya dengan bersedih hati dan merasa kasihan atas kekufuran kaumnya.
Cendekiawan Muslim, Syed Muhammad Naquib al-Attas, dalam bukunya, Prolegomena to The Metaphysic of Islam, menjelaskan, ketika seseorang tidak mengambil petunjuk Tuhan, maka pasti menderita meskipun secara kasat mata terlihat bahagia. 
Begitu pula sebaliknya, jika manusia mengambil petunjuk Tuhan dalam menjalani kehidupannya, maka lapisan dasar kehidupannya merupakan kebahagiaan walaupun secara lahir terlihat menderita. Penderitaan tersebut pada orang yang mengambil petunjuk hanya akan bermakna bala, yaitu ujian terhadap diri orang tersebut, bukan syaqawah.
Al-Attas mencontohkan bagaimana Allah menjelaskan penderitaan. Alquran menghubungkan bagaimana Adam digoda setan untuk memakan buah khuldi. Allah sudah menegaskan untuk tidak mendekati apalagi memakan buah itu. Namun, Adam tetap saja memakannya.
Adam dan istrinya sadar akan kesalahan mereka. Tidak seperti setan, Adam dan Hawa mengakui dosa mereka, diisi dengan penyesalan mendalam pada ketidakadilan mereka pada diri mereka sendiri dan meminta rahmat serta ampunan Tuhan.
Mereka berdua dimaafkan, tetapi diturunkan bersama setan ke dunia ini untuk hidup, mengabdi kepada Allah. Mereka juga akan mengalami cobaan dan kesengsaraan. Tuhan meyakinkan Adam dan keturunannya, hidayah akan datang dan siapa pun yang mengikuti itu tidak akan tersesat maupun jatuh pada penderitaan.
Sumber : Antara

          Macam-macam Penderitaan


Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta.  Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin atau lahir batin.
Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani.Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan.Siksaan yang sifatnya psikis misalnya:
Kebimbangan: dialami seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan yang akan diambil.
Kesepian: dialami seseorang yang merasa kesepian walaupun berada di lingkungan ramai.
Ketakutan: merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin.

Sebab Seseorang Merasa Ketakutan diantaranya:
Claustrophobia : takut terhadap ruangan tertutup,
Agorophobia : takut terhadap ruangan terbuka,
Gamang : takut berada di tempat ketinggian,
Kegelapan : takut bila berada di tempat gelap,
Kesakitan : takut yang disebabkan rasa sakit,
Kegagalan : takut akan mengalami kegagalan.

Kekalutan Mental
Kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah kurang wajar.
Gejala-gejala permulaan seseorang mengalami kekalutan mental :
 Nampak pada jasmani : merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
 Nampak pada kejiwaan : rasa cemas, ketakutan patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.

Tahapan-tahapan gangguan kejiwaan adalah :

Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan Si Penderita baik jasmi maupun rohani,
Usaha mempertahankan diri dengan cara negative,
Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown).
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna,
Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma, berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi,

Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke arah :
Positif : trauma (luka jiwa), survive dalam hidup,
Negatif : trauma diperlarutkan atau diperturutkan akhirnya frustasi.

BENTUK-BENTUK FRUSTASI
Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi tidak terkendali,
Regresi : kembali pada pola reaksi primitif atau kekanak-kanakan,
Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama,
Proyeksi : memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain,
Identifikasi : menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya,
Narsisme : merasa dirinya lebih superior daripada orang lain,
Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia riil, puas dengan fantasinya sendiri.

Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
Kota-kota besar,
Anak-anak muda usia,
Wanita,
Orang yang tidak beragama,
Orang-orang yang terlalu mengejar materi.

Penderitaan Dan Perjuangan
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia melainkan juga menderita. Karena itu manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup.
Penderitaan, Media Masa, dan Seniman
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya mensejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Tetapi tak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.

Penderitaan Dan Sebab- Sebabnya
Berdasarkan sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia :
Perbuatan semena-mena kepada pembantu rumah tangga,
Perbuatan buruk orang tua yang menganiaya anak,
Perbuatan buruk para pejabat zaman orde lama,
Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan : banjir dan tanah longsor, perbuatan lalai : gas beracun.
Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan, seperti :

Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan,
Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar menerima cobaan ini,
Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah.

Pengaruh Penderitaa.
Sikap yang timbul pada orang yang mengalami penderitaan berupa sikap positif ataupun sikap negatif.Contoh sikap negatif yaitu penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalkan tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.

Penderitaan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).

Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
 dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:
Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.

Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.

Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.



MANFAAT DARI PENDERITAAN SEKALIGUS KESIMPULAN


            Penderitaan bagi saya adalah sebuah pemahaman akan arti kehidupan,dimana kamu belajar arti kehidupan yang sesungguhnya,hidup tidak akan selalu bahagia,Allah tidak akan serta merta selalu membahagiakan anda,roda itu bagi saya selalu berputar,saya bisa saja diatas,bisa saja saya di bawah,penderitaan itu tiada kalau anda tau arti bersyukur,kembali lagi bahwa penderitaan mengajarkan tentang dimana saya belajar untuk lebih kuat,karena penderitaan cukup merubah mental seseorang..dan jangan lupa selalu untuk mendekatkan kepada sang maha kuasa,karena apa,SESUNGGUHNYA JIKA KAMU JAUH DARI TUHANMU,KAMU TERLIHAT BAHAGIA,TAPI NYATA NYA KAMU MENDERITA (PRAYOGA FH)



SUMBER
Sumber : Antara
Wikipedia.google

Komentar

Postingan Populer